Kegiatan pembelajaran dalam kondisi normal memiliki tantangan tersendiri, baik dari sisi guru maupun dari sisi peserta didik. Guru dan peserta didik dihadapkan pada kondisi untuk menciptakan situasi pembelajaranyang baik. Kegiatan pembelajaran pada situasi normal yang dominan dilaksanakan di sekolah menempatkan guru dan peserta didik dalam suasana pembelajaran yang  kondusif. Pembelajaran menjadi lebih efektif karena guru dan siswa berada pada waktu dan ruang yang sama. Era pandemi memberikan pengalaman (situasi) yang berbeda dari biasanya. Kegiatan pembelajaran dalam masa pandemi memberikan tantangan-tantangan baru bagi guru dan peserta didik, terutama karena hampir seluruh kegiatan beralih menjadi berbasis daring. Situasi yang kondusif tidak lagi mudah untuk diperoleh. Guru dan peserta didik tidak lagi ada dalam suasana akademik yang sama. Hal ini menjadi tantangan yang lebih berat bagi guru untuk setidaknya mampu menarik minat belajar dan keaktifan peserta didik dengan latar belakang suasana dan kondisi lingkungan yang lebih bervariasi, tanpa mengesampingkan pentingnya akses teknologi maupun kemampuan mengaplikasikan teknologi dengan baik. Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam tulisan ini adalah bahwa guru memiliki tanggung jawab untuk menyajikan materinya menjadi lebih menarik, interaktif, dan «engaging» dibandingkan pada masa pra pandemi.

Kata Kunci: pembelajaran,minat belajar, pandemi, daring

 

PENDAHULUAN

Sekolah, guru dan siswa memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran senantiasa terjadi proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya. Peran kolaboratif antara siswa dengan guru sangatlah dibutuhkan demi terciptanya pembelajaran yang interaktif dan inovatif. Guru dituntut untuk dapat menciptakan situasi yang berpengaruh pada siswa dalam hal pemahaman konsep materi pelajaran yang akhirnya akan berdampak pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Guru sebagai pengajar sebaiknya tidak mendominasi kegiatan pembelajaran tetapi membantu menciptakan kondisi yang mendukung serta memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa agar dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya melalui kegiatan pembelajaran.

Sebelum tahun 2020, pra pandemi Covid-19, kita sudah memiliki sistem pendidikan nasional yang cukup konsisten. Setiap sekolah memiliki acuan kurikulum yang seragam. Setiap sekolah berlomba-lomba untuk mengimplementasikan kurikulum dan kegiatan pendukungnya dengan baik dengan berbagai macam keunikan dan variasi di sekolah.Bisa dikatakan, setiap sekolah akan menitikberatkan pada peningkatan kualitasnya secara inkremental dari tahun ke tahun. Demikian halnya juga dengan para guru, setiap kegiatan pembelajaran adalah bentuk dari perbaikan berkelanjutan dari pembelajaran sebelumnya.Setiap sekolah, guru, dan siswa sudah memiliki pemahaman mengenai peranan masing-masing dalam proses pembelajaran.

Pada masa pandemi Covid-19, tuntutan untuk keluar dari zona nyaman bagi sekolah, guru, dan siswa benar-benar nyata. Pembatasan kegiatan tatap muka, akselerasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan peningkatan frekuensi kegiatan daring serta interaksi jarak jauh mendorong sekolah, guru, siswa, dan para pemangku kepentingan untuk beradaptasi dalam waktu singkat. Tantangan untuk setidaknya mempertahankan kualitas pendidikan yang selama ini terbentuk melalui proses pembelajaran di kelas membutuhkan kreativitas lebih dari semua pihak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pentingnya variasi aplikasi meeting pembelajaran daring di masa pandemi pada kelas 7 FD 1, 7 FD 2, dan 7 FD 3 di MTsN Surakarta 1.

 

 

TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran menyoroti bagaimana peranan sekolah, guru, bahan ajar, metode, dan interaksi dengan peserta didik yang mendukung dan memotivasi untuk belajar.Guru akan berusaha membagikan pengetahuannya dan membentuk tingkah laku para peserta didik, sebaliknya umpan balik dan interaksi dengan peserta didik mendorong guru untuk selalu membuat perbaikan berkelanjutan agar pembelajaran selalu efektif dan berhasil baik.

Sekarang ini, daring dan luring menjadi istilah yang sering dijumpai, terutama berkaitan dengan tema pembelajaran di masa pandemi. Daring merupakan singkatan atau akronim dari dalam jaringan, sedangkan luring merupakan akronim dari luar jaringan. Dalam KBBI dijelaskan bahwa daring berarti terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya; sedangkan luring berarti terputus dari jejaring komputer. Bahasa lain yang mungkin lebih banyak digunakan sebagai penyebutan pembelajaran daring adalah pembelajaran online. Sebelumnya kita mungkin mengenal pembelajaran digital sebagai bentuk pembelajaran awal yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pembelajaran daring memiliki cakupan yang lebih luas dalam memanfaatkan TIK, tidak hanya sebatas digitalisasi materi maupun media pembelajaran, namun juga mencakup komunikasi dan interaksi antar unsur-unsur dalam KBM menggunakan TIK. Internet memiliki peranan penting dalam konteks daring, sebagai media penghubung yang menyalurkan informasi. Pembelajaran daring biasanya akan mengkombinasikan penggunaan aplikasi maupun sistem yang saat ini banyak digunakan, misalnya penggunaan Learning Management System (LMS) seperti Moodle sebagai portal untuk mengakses materi ajar dan berinteraksi antara guru dan peserta didik; penggunaan aplikasi pertemuan seperti Zoom, Google Meet, Microsoft Teams, dll. untuk merealisasikan kelas daring; penggunaan aplikasi chat atau messaging untuk bertukar pendapat, berdiskusi, menyampaikan pengumuman, maupun berkoordinasi; dan lain sebagainya.

Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan, di mana semua orang di seluruh dunia dihadapkan pada masalah yang sama, yaitu munculnya pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease 2019). Pandemi adalah wabah yang berjangkit secara serempak di mana-mana dan meliputi daerah geografi yang sangat luas. Pandemi Covid-19 muncul pertama kali pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China, dan merebak dalam waktu singkat ke seluruh penjuru dunia. Upaya terus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona ini termasuk pembatasan perjalanan, karantina pemberlakuan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Sekolah dan universitas telah ditutup baik secara nasional atau lokal di lebih dari 124 negara dan memengaruhi lebih dari 1,2 miliar siswa. Kebutuhan Proses belajar mengajar agak sedikit terhambat akibat pandemi ini sehingga kegiatan belajar mengajar di Sekolah menjadi lumpuh. Sebuah solusi diharapkan mampu mengatasi lumpuhnya proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran daring sebagai salah satu alternatif yang sangat direkomendasikan, sehingga pembatasan interaksi antara guru dan siswa bisa dilaksanakan tetapi prosen kegiatan pembelajaran masih dapat dijalankan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi ini mengakselerasi penggunaan TIK, terutama internet, secara masif. Tentu saja berimbas pada penerapan pembelajaran daring yang serentak dilakukan secara nasional dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

 

METODOLOGI PENELITIAN

Subyek dalam penelitian ini adalah 89 siswa MTsN 1 Surakarta yang terbagi dalam kelas 7 FD 1 berjumlah 30 siswa, kelas 7 FD2 berjumlah 30 siswa, dan kelas 7 FD 3 berjumlah 29 siswa.

Obyek dalam penelitian ini adalah aplikasi daringpembelajaran IPAuntuk kelas-kelas tersebut beserta variasinya.

Penelitian dilakukan dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu terhadap variasi aplikasi daringdan menentukan aspek yang akan diamati dalam penerapannya. Aspek yang diamati dalam penerapan mencakup ketertarikan siswa terhadap materi, keaktifan siswa, dan nilai ulangan harian terkait materi tersebut.Pembelajaran yang dilakukan meliputi 2 (dua) materi ajar dan 2 (dua) ulangan harian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi pada saat penerapan dan rekapitulasi data nilai ulangan. Perbandingan aspek-aspek subyektif dilakukan dengan membandingkan hasil pengamatan sebelum dan sesudah penerapan variasi. Sementara nilai ulangan dibandingkan secara langsung dari nilai rata-rata, nilai terendah, dan nilai tertinggi dari hasil ulangan sebelum dan sesudah penerapan variasi pembelajaran.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran variasi satu menggunakan Google Meet, bahan ajar dalam bentuk presentasi Microsoft Power Point, penugasan menggunakan Google Classroom. Metode pembelajaran secara seminar dan diskusi guru dan siswa, serta tugas bersifat asinkron. Berdasarkan pengamatan, keaktifan siswa bisa dikatakan terbatas pada menjawab pertanyaan langsung dari guru, dan hanya beberapa siswa yang aktif menjawab. Kecenderungan untuk bermain aman dan hanya mendengarkan cukup besar. Adapun hasil ulangan harian pada variasi satu adalah sebagai berikut:

  • Kelas 7 FD1: nilai rata-rata = 77,20; nilai min = 50; nilai maks = 98
  • Kelas 7 FD2: nilai rata-rata = 78,67; nilai min = 50; nilai maks = 98
  • Kelas 7 FD3: nilai rata-rata = 76,47; nilai min = 50; nilai maks = 92

Nilai rata-rata keseluruhan adalah 77,44.

Pembelajaran variasi dua menggunakan Zoom meeting, bahan ajar dalam bentuk presentasi Microsoft Power Point, penggunaan media video YouTube, penggunaan aplikasi Quizizz, dan Whatsapp Group untuk diskusi kelompok. Metode pembelajaran secara seminar, diskusi kelompok, diskusi guru dan siswa, serta menjawab kuis secara realtime untuk mendapatkan pemenang. Berdasarkan pengamatan, keaktifan siswa menjadi lebih merata, terutama dengan adanya stimulus video untuk diskusi dalam kelompok kecil. Setidaknya setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya dalam kelompok kecil tanpa rasa takut dalam forum besar. Pemanfaatan kuis juga menambah keasikan dalam proses pembelajaran, karena interaksi menjadi semakin menarik. Adapun hasil ulangan harian pada variasi dua adalah sebagai berikut:

  • Kelas 7 FD1: nilai rata-rata = 85,57; nilai min = 65; nilai maks = 98
  • Kelas 7 FD2: nilai rata-rata = 85,33; nilai min = 68; nilai maks = 100
  • Kelas 7 FD3: nilai rata-rata = 85,56; nilai min = 60; nilai maks = 100

Nilai rata-rata keseluruhan adalah 85,47.

Secara umum, materi dan proses pembelajaran yang menyesuaikan dengan perkembangan jaman, terutama trend teknologi, memberikan dampak yang positif dalam proses pembelajaran daring. Nilai rata-rata keseluruhan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, namun peneliti masih menemukan anomali pada indikator nilai minimal, di mana dalam variasi dua justru mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan besar terkait dengan pemanfaatan media pembelajaran daring perlu mempertimbangkan kemudahan akses dan penggunaan.

 

 

 

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variasi pembelajaran daring sangat mempengaruhi minat belajar dan keaktifan siswa. Sangat berbeda dengan pembelajaran luring, di mana semua unsur-unsur KBM telah bersiap diri dan berada dalam lingkungan yang sudah terkondisikan untuk melakukan proses pembelajaran, pembelajaran daring memiliki tantangan yang sangat besar di mana guru dan peserta didik mungkin tidak berada dalam situasi, kondisi, dan lingkungan yang sama, yang diharapkan mampu menunjang proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu membangun situasi dan kondisi yang kondusif secara virtual, mampu mengikat dan merangsang minat belajar peserta didik dengan lebih kreatif. Penyajian materi bervariasi yang menarik diharapkan mampu mengatasi batasan-batasan nyata yang mungkin dihadapi atau dialami secara langsung oleh peserta didik.Namun perlu juga diwaspadai bahwa penggunaan variasi pembelajaran yang berlebihan justru memberikan efek negatif pada peserta didik, perasaan terbebani yang berlebihan, kegugupan yang berdampak pada sikap pasif, dan lain sebagainya. Di sini sangat penting bagi guru untuk menakar kemampuan siswa dan menjaga keseimbangan proses pembelajaran dalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: https://kbbi.kemdikbud.go.id

Direktorat Pendidikan dan Pembelajaran. 2020. Apa itu pembelajaram?. UNIDA. https://unida.ac.id/pembelajaran/artikel/apa-itu-pembelajaran.html

Anonim. 2020. Kemenag Mulai Terapkan e-Learning Madrasah. https://kemenag.go.id/berita/read/513026

Pane, Aprida dan Dasopang, Muh. Darwis. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Padang: Fitrah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini