Rofikoh, S.S
Abstrak
Berlalunya pandemi merupakan sebuah anugerah yang harus disyukuri bersama. Setelah kurang
lebih dua tahun masyarakat merasakan keterbatasan dalam banyak aspek kehidupan, mulai akhir
tahun 2021 sendi-sendi kehidupan berangsur-angsur normal. Demikian juga dengan dunia
pendidikan. Pembelajaran yang selama pandemi dilaksanakan secara daring/online, sedikit demi
sedikit kembali dilaksanakan secara offline/tatap muka meskipun masih dilakukan dengan
beberapa pembatasan pada awalnya. Setelah pembelajaran tatap muka dilaksanakan selama
beberapa waktu, muncul masalah-masalah yang bisa dikatakan merupakan penegasan terhadap
peran guru/pendidik yang tidak bisa digantikan oleh teknologi semaju apapun. Selain itu,
masalah-masalah tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi guru/ pendidik untuk bisa
menemukan solusi untuk mengatasinya. Tantangan tersebut meliputi dua hal yaitu tantangan
akademik dan tantangan non-akademik.
Kata kunci: Pembelajaran, pandemi, pasca pandemi, tantangan akademik, tantangan
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam membangun sebuah peradaban. Pendidikan
Semakin maju bidang pendidikan sebuah negara, semakin besar kemungkinan sebuah negara
menjadi negara maju. Bangsa Indonesia dengan jelas menetapkan pendidikan sebagai salah satu
tujuan utama dalam pendirian negara. Hal tersebut termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu “ mencerdaskan kehidupan bangsa”. Islam
sebagai agama mayoritas warga negara Indonesia mendorong pemeluknya untuk mengedepankan
pendidikan seperti firman Alloh dalam Al Quran surat Al ‘alaq ayat 1 “ Iqra’ bismirabbikalladzii
khalaq” ( bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan) dan surat Al Mujadalah ayat 11 “
yarfa’illaahulladziina aamanuu minkum walladziina uutul ‘ilma darajaat” ( Alloh meninggikan
kedudukan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu diantara kamu). Dua
ayat tersebut menegaskan bahwa pendidikan merupakan sektor penting yang harus mendapatkan
perhatian yang besar dari berbagai pihak yang terkait. Selain itu, secara individual, pendidikan
menjadi salah satu bentuk investasi yang menjanjikan untuk masa depan. Berlalunya pandemi
tidak berarti berlalunya masalah. Apabila dilihat dari sisi kesehatan, hal tersebut memang benar.
Ancaman kematian massal sudah berlalu. Akan tetapi, dalam bidang pendidikan, ada beberapa
masalah yang secara umum dirasakan para guru sebagai akibat dari pembelajaran daring selama
pandemi. Masalah tersebut memerlukan perhatian yang besar dari berbagai pihak, termasuk guru
sebagai salah satu elemen penting dalam pendidikan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, pendidik tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
tantangan guru pasca pandemi pada peserta didik Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Surakarta kelas
7.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Belajar dan pembelajaran adalah kegiatan penting yang saling terkait dalam pendidikan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI), belajar memiliki arti : (1) berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu; (2) berlatih; dan (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
oleh pengalaman. Ketiga arti tersebut merujuk pada perubahan pengetahuan dan tingkah laku
sebagai hasil dari proses belajar. Hal ini selaras dengan dengan Al Quran Surat Al ‘alaq ayat 5 “
“Allamal insaana maa lam ya’lam” ( yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya)
dan juga hadist Nabi Muhammad SAW “ innamaa bu’istu liutammima makaarimal akhlaaq “ (
sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak). Hal ini juga sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 : Tujuan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Proses belajar berjalan setiap saat, karena pada dasarnya setiap individu akan selalu mendapatkan
pengalaman dari interaksi dengan individu lain maupun lingkungan sekitarnya. Sementara itu,
menurut KBBI juga, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk
hidup belajar. Pembelajaran menyoroti bagaimana peranan sekolah, guru, bahan ajar, metode, dan
interaksi dengan peserta didik yang mendukung dan memotivasi untuk belajar. Kegiatan Belajar
Mengajar atau yang biasa disingkat dengan KBM adalah merupakan keterpaduan antara belajar
dan pembelajaran. Sekarang ini, KBM menjadi wahana belajar semua unsur yang terlibat di
dalamnya, tidak hanya peserta didik yang belajar dari gurunya saja, tetapi juga guru belajar dari
peserta didik juga. Kembali ke arti belajar sebagai perubahan perilaku, maka semua unsur KBM
bisa dipastikan mengalami proses belajar. Guru akan berusaha membagikan pengetahuannya dan
membentuk tingkah laku para peserta didik, sebaliknya umpan balik dan interaksi dengan peserta
didik mendorong guru untuk selalu membuat perbaikan berkelanjutan agar KBM selalu efektif dan
berhasil baik.
Sekarang ini, muncul permasalahan sebagai dampak dari pembelajaran online selama pandemi di
mana guru praktis hanya bisa berinteraksi dengan peserta didik melalui Learning Management
System (LMS) seperti Moodle sebagai portal untuk mengakses materi ajar dan berinteraksi antara
guru dan peserta didik; penggunaan aplikasi pertemuan seperti Zoom, Google Meet, Microsoft
Teams, atau paling sederhana melalui grup WA atau telegram. Interaksi yang dilakukan dari jarak
jauh tersebut menghadapi beberapa kendala seperti terbatasnya ketersediaan jaringan internet,
terbatasnya fasilitas fasilitas yang dimiliki guru maupun peserta didik. Ketersediaan jaringan
internet dan fasilitas erat kaitannya dengan kondisi ekonomi. Akhirnya pembelajaran dilaksanakan
sebisanya. Di sisi lain, peserta didik yang dapat mengakses jaringan internet dengan mudah,
mengandalkan google dalam mengerjakan tugas sehingga membentu karakter yang kurang baik
seperti, tidak mau bekerja keras, menyukai hal yang instant, orientasi hanya pada nilai tidak pada
proses. Hal ini mengakibatkan kompetensi yang dicapai peserta didik rendah. Bahkan salah satu
guru matematika menyampaikan untuk perkalian dan pembagian sederhana yang seharusnya
sudah dikuasai di sekolah dasar, peserta didik kelas 7 masih mengalami kesulitan.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dari masalah akademik adalah masalah akhlak.
Kurangnya interaksi dengan guru dan kurangnya kontrol orang tua terhadap proses pembelajaran
anak, terlebih bagi yang kedua orang tuanya bekerja semua hingga sore hari dikarenakan
kesibukan dalam bekerja, memungkinkan anak bebas memegang HP dan dapat mengakses semua
informasi yang dia mau tanpa adanya filter. Hal ini memberi pengaruh negatif yang sangat kuat
pada anak. Kata-kata makian, cacian yang sering ditemui di media sosial akhirnya menjadi ucapan
sehari-hari. Tata krama dan unggah-ungguh semakin lama semakin menipis. Selain itu, kebiasaan
melihat hal-hal yang berbau porno juga berakibat fatal pada pola pergaulan. Yang paling sering
ditemui dan agak sulit ditangani adalah kecanduan game. Kebiasaan anak main game berjam-jam
sehingga tidak mengenal waktu dapat menyebabkan lupa kegiatan lainnya. Yang lebih parah,
adalah gangguan syaraf yang penyembuhannya memerlukan waktu yang sangat lama.
METODOLOGI PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini adalah 54 siswa MTsN 1 Surakarta yang terbagi dalam kelas 7 sains
1, 7 sains 2, dan 7 TQ. Masing-masing kelas terdiri dari 28 siswa.
Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan awal siswa dalam pelajaran bahasa Inggris dan
ujaran-ujaran negatif yang sering diucapkan siswa ketika berinteraksi dengan temannya, serta
kasus-kasus kesulitan belajar yang terjadi karena dampak pandemi.
Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi terlebih dahulu kemudian menentukan aspek
yang akan diteliti. Aspek yang diamati mencakup kosakata bahasa Inggris yang dikuasai siswa,
ujaran-ujaran negatif yang sering diucapkan siswa ketika berinteraksi dengan temannya baik
interaksi langsung maupun melalui social media., serta kasus kesulitan belajar yang dialami siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian pada aspek pertama yaitu kosakata bahasa Inggris yang dikuasai siswa, dilakukan
dengan game. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian masing-masih kelompok diberi
abjad A-Z dengan masing-masing huruf berjumlah 5. Aturan permainannya adalah sebagai
berikut:
1. Masing-masing kelompok diundi untuk menentukan siapa yang berhak meletakkan huruf
pertama kali.
2. Kelompok kedua dst akan menambah 1 huruf sehingga diharapkan dalam satu putaran akan
tersusun 1 kata simple dalam bahasa Inggris tentang benda-benda yang ada disekitar
mereka.
3. Hal itu dilakukan secara bergantian dan terus menerus sampai persediaan huruf habis.
Dalam prakteknya, siswa masih kesulitan merangkai kata-kata meskipun tentang benda atau
sesuatu di sekitar mereka.
Pengamatan pada aspek kedua, ujaran-ujaran negatif yang sering diucapkan siswa dilakukan
dengan sengaja telat masuk ke dalam kelas selama beberapa menit dan mendengarkan interaksi
dan ucapan-ucapan yang dilontarkan siswa ketika berinteraksi dengan teman-temannya. Kata-kata
seperti anjir, anying, anjrit, jancuk dsb terlontar dengan begitu fasihnya dari mulut mereka. Ketika
masuk kelas, saya ajak mereka berbicara. Ketika saya tanyakan apa arti dari ujaran-ujaran tersebut,
banyak yang tidak tahu. Mereka mendapatkan itu dari sosial media dan merasa mengikuti tren
ketika ikut menggunakannya.
Pengamatan pada aspek ketiga, kasus kesulitan belajar sebagai dampak pandemi dilakukan dengan
wawancara terhadap guru BK. Ada beberapa kasus siswa yang kecanduan game tetapi ada satu
siswa yang tingkat kecanduannya lumayan parah sampai tidak bisa mengikuti pembelajaran di
dalam kelas dan memerlukan pendampingan psikiater.